Selasa, 24 Januari 2012

Meski Cerdas, Saat Stress Matematika Pun Terasa Sulit

Saat menghadapi ujian matematika, sebisa mungkin hindari stres jika tak ingin diibaratkan kalah sebelum berperang. Meski seseorang cukup cerdas, matematika akan terasa lebih sulit untuk dikerjakan jika orang tersebut panik dan stres.


Rasa khawatir, cemas dan ketakutan tidak bisa mengerjakan akan benar-benar mengurangi kemampuan otak untuk berpikir jernih dalam memecahkan persoalan. Akibatnya otak tidak bisa berpikir dengan logis, sehingga matematika jadi terasa sangat sulit.

Tanda-tanda orang panik atau stres saat menghadapi ujian matematika kadang bisa diamati pada perubahan fisik. Misalnya denyut jantung atau nadi meningkat, telapak tangan dingin dan berkeringat serta perut mendadak terasa mulas dan melilit-lilit.


"Kami sangat terkejut, respons psikologis bisa membuat seseorang unggul dalam ujian matematika hanya dengan mengatasi kecemasan dan memandangnya sebagai sebuah tantangan," ungkap Prof Sian Beilock dari University of Chicago seperti dikutip dari MSNBC.

Prof Beilock membuktikan hal itu lewat penelitian yang dilakukannya terhadap 73 mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda, ada yang jago matematika dan ada yang membencinya. Sebelum mengerjakan soal matematika, para partisipan menjalani tes air liur untuk mendeteksi kadar kortisol atau hormon stresnya.

Partisipan yang mengalami peningkatan kadar kortisol sebelum mengerjakan soal berarti mengalami kepanikan yang dipicu oleh matematika atau disebut juga Math Anxiety. Sepandai apapun, partisipan yang mengalami Math Anxiety lebih sering gagal dalam mengerjakan soal matematika.


Sedangkan untuk mengatasi kepanikan saat menghadapi ujian matematika, Dr Beilock memberikan tips sederhana. Sebelum masuk ruang ujian, luangkan waktu 10 menit untuk menuliskan isi hati pada secarik kertas lalu menyimpannya dan jangan diingat-ingat lagi sampai ujian selesai.

source:detikhealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar